PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI DAN KARAKTER
Oleh: Saruji, S.Ag, M.Pd.I
Oleh: Saruji, S.Ag, M.Pd.I
A. Kompetensi Abad 21
Pendidikan tidak akan pernah berhenti selama eksistensi manusia di
muka masih ada. Pendidikan memiliki peranan penting dalam memajukan suatu
bangsa, karena semakin maju pendidikan suatu bangsa maka semakin maju pula bangsa
tersebut. Untuk itu suatu bangsa harus memiliki suatu sistem pendidikan yang
berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi saat ini adalah abad 21,
di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat terutama
teknologi informasi dan komunikasi yang tentu mempengaruhi tatanan kehidupan
manusia. Keadaan ini disebut dengan era globalisasi di mana batas antar wilayah
dan negara sudah tidak berarti lagi. Setiap orang mempunyai akses
informasi untuk mengetahui apa yang
sedang terjadi di negara lain di belahan dunia. Era ini menuntut manusia untuk
memiliki daya saing di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan.
Dunia
pendidikan juga perlu mengalami perubahan yang sama cepatnya dengan perubahan
zaman. Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya keinginan atau kemauan guru untuk
meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kompetensi yang memadai guna medukung
perananya dalam pendidikan. Untuk itu guru harus memiliki enam kompetensi,
yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, spritual, dan
kepemimpinan.[1]
Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru, karena sebaik apapun
kurikulum yang ada, tetapi bila mutu guru masih rendah maka pendidikan tidak
akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka dari itu guru merupakan
kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Di
abad 21 ini peran guru menjadi semakin berat di mana guru harus mengantarkan
peserta didik menjadi pribadi yang unggul yang mampu bersaing di abad ini.
Hanya dengan guru yang profesional pendidikan dapat ditingkatkan mutunya dan
dengan pelaksanaan pendidikan yang bermutu akan menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Ada
empat kompetensi abad 21 yang harus diketahui oleh guru diantaranya:
Way of Thinking (cara berpikir); kreativitas, kritis, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan belajar.
Way of Working (alat untuk bekerja); information and communication technology (ICT)
dan informasi literasi.
Skill for Living in the
World (keterampilan untuk hidup di dunia);
kewarganegaraan, kehidupan dan karir, serta tanggung jawab pribadi dan sosial.
Oleh karena itu guru di abad 21 mau
tidak mau harus menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Guru harus mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan yang terjadi setiap
saat. Guru harus mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat ke
dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran di abad 21
penuh tantangan yang harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta didik kelak
mampu bertahan dan bersaing di luar negeri.harus akrab dengan ICT dan memberikan
kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk mengembangkan
keterampilannya. Guru memberikan tugas yang menuntut peserta untuk menggunakan teknologi ICT. Misalnya
peserta didik melaporkan hasil kerjanya melalui email, blog dan sebagainya atau
dengan diketik lalu dicetak (print out). Di abad ini, teknologi sudah
berkembang menjadi media pembelajaran utama. Kemudian
ada empat kecakapan hidup pada abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu:
1. Communication (komunikasi).
Pada
karakter ini peserta didik dituntut untuk memahami, mengolah, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan,
dan multimedia.
2. Collaboration (kolaborasi).
Pada kareakter ini peserta dididk menunjukkan kemampuanya dalam bekerja sama, berkelompok dan kepemimpinan, beadaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab. Bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada
temannya, dan menghormati perspektif berbeda.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah).
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah).
Pada
karakter ini peserta didik, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal
dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara
sistem. 4. Creative and Innovation (Kreatif dan
Inovasi).
Pada
karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Oleh karena itu guru harus memiliki
wawasan yang dan melakukan perubahan
dalam sistem pembelajaran yang awalnya bersipat konvensional menjadi sistem
pembelajaran berbasis ICT. Dua hal yang sangat penting dikuasai oleh guru
berkenaan dengan hal tersebut adalah penguasan teknologi komputer dan internet.
Dengan menguasai kedua teknologi tersebut guru dapat memanfaatkannya dalam
proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuannya. Guru yang dapat
mengoperasikan komputer/laptop dan internet dapat memudahkan guru dalam
memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengajar.
Pembelajaran berbasis ICT dengan
menggunakan laptop guru dapat menyajikan media pembelajaran yang bervariasi
seperti media audio, media visual, dan video. Selain media, metode pembelajaran
juga harus disesuaikan dengan konteks materi. Penggunaan media dan metode yang
bervariasi akan menghasilkan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif dan
menyenangkan. Untuk menunjang pembelajaran ICT tersebut, sekolah harus
menyediakan LCD atau infocus, laboratorium komputer dan interner yang dapat
diakses oleh seluruh warga sekolah.
Guru dalam pembelajaran abad 21 harus
memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk
mengembangkan keterampilannya dalam menguasai ICT. Guru memberikan tugas yang
menuntut peserta untuk menggunakan
teknologi ICT. Misalnya peserta didik melaporkan hasil kerjanya melalui email,
blog dan sebagainya atau dengan diketik lalu dicetak (print out). Di
abad ini, teknologi sudah berkembang menjadi media pembelajaran utama.
Oleh karena itu untuk lebih membuka
wawasan dan mengembangkan keterampilan dalam penguasaan ICT, guru harus
mengikuti pelatihan-pelatihan atau seminar yang bertemakan penerapan ICT dalam
pembelajaran. Selain itu diperlukan supervisi atau pengawasan yang berkelanjutan
untuk melihat dan mengevaluasi pembelajaran berbasis ICT yang dilakukan oleh
guru.
Terwujudnya pendidikan yang
berkualitas, tak terlepas dari peran serta pemerintah dan masyarakat. Salah
satu peran pemerintah dalam memajukan pendidikan diantaranya adalah memberikan
tunjangan profesi yang diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam
pembelajaran juga kesejahteraan. Dengan adanya tunjangan tersebut, seharusnya
guru mengalokasikannya untuk pemenuhan alat pembelajaran yang relevan denga
abad 21, salah satunya adanya yaitu guru harus memiliki laptop yang dapat
digunakan dalam pembelajaran.[2]
Dengan memasuki abad 21, maka guru
mau tidak mau harus menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran. Guru harus mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan yang
terjadi setiap saat. Guru harus mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di
masyarakat ke dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran
di abad 21 penuh tantangan yang harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta
didik kelak mampu bertahan dan bersaing di luar negeri.
Selanjutnya ada empat keterampilan abad 21 yang
harus diketahui oleh guru diantaranya: (1) Way of Thinking (cara berpikir); kreativitas, kritis, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan belajar, (2) Way of Working (alat untuk bekerja); information and communication technology (ICT)
dan informasi literasi, dan (3) Skill for Living in the
World (keterampilan untuk hidup di dunia);
kewarganegaraan, kehidupan dan karir, serta tanggung jawab pribadi dan sosial.
Oleh karena itu guru di abad 21 mau
tidak mau harus menguasai teknologi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Guru harus mampu beradaptasi dan siap menghadapi perubahan yang terjadi setiap
saat. Guru harus mampu memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat ke
dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran di abad 21
penuh tantangan yang harus ditaklukkan agar dapat membawa peserta didik kelak
mampu bertahan dan bersaing di luar negeri.harus akrab dengan ICT dan memberikan
kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk mengembangkan
keterampilannya. Guru memberikan tugas yang menuntut peserta untuk menggunakan teknologi ICT. Misalnya
peserta didik melaporkan hasil kerjanya melalui email, blog dan sebagainya atau
dengan diketik lalu dicetak (print out). Di abad ini, teknologi sudah
berkembang menjadi media pembelajaran utama.
B. Nilai Karakter
Pada Menteri Pendididkan dan Kebudayaan dijabat oleh Muhajir
Efendi, pernah merilis 5 karakter utama yang harus diproritaskan dalam
pelaksanaan pendidika karakter di sekolah. Kelima karakter tersebut adalah:
1. Religuis
Sikap
ini mencermikan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan yang Maha Esa. Di sini peserta didik ditekankan agar menjadi
pemeluk agama yang taat tanpa harus merendahkan pemeluk agama lain, justeru
harus mengedepankan toleransi antar umat beragama.
2.
Integritas
Sikap
integritas mencerminkan dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya dalam
perkataan, tindakan dan pekerjaan. Peserta didik yang berintegritas akan
berhati-hati dalam menjalin pergaulan, sebab kepercayaan yang diberikan
teman-temannya itu mahal harganya.
3.
Mandiri
Sikap
mandiri mencerminkan tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga,
pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Mandiri
erat hubunganya dengan kesuksesan seseorang. Orang yang hidup mandiri sejak
kecil umumnya meraih sukses saat menginjak usia dewasa. Itulah alasan mandiri
menjadi karakter terdepan yang harus dimiliki peserta didik.
4.
Nasionalis
Sikap
nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa dan nergara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Untuk memupuk jiwa nasionalis perlu dimulai
dari hal-hal kecil. Seperti mematuhi peraturan sekolah, menjaga kebersihan
lingkungan, dan mengkuti upacara bendera dengan khidmat.
5.
Gotong Royong
Gotong
royong mencerminkan tindakan menghargai kerja sama dan bahu-membahu
menyelesaikan persoalan bersama. Sudah jelas, tradiri gotong royong semakin
lama semakin hilang akibat arus teknologi yang membuat siapapun bisa
menyelesaikan pekerjaan sendiri. Hal ini harus diputus salah satunya lewat
pembiasaan-pembiasaan di sekolah seperti kerja bakti, mengedepankan musyawarah
dan saling hargai-menghargai antar teman.[3]
Itulah lima di antara sekian banyak
karakter yang harus diajarkan kepada peserta didik di sekolah, agar kelak
mereka menjadi orang memiliki perilaku mulia yang mencerminkan diri sebagai Bangsa
Indonesia yang menjujung tinggi nilai-nilai moral.
Setelah Nadiem Makarim dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebabagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Pendidikan Tinggi (Mendikbud Dikti)dalam Kabinet Indonesia Maju pada tanggal 20 Oktober 2019 di Istana Negara Jakarta, pada sebuah wawancara dengan wartawan usai
pelantikan Mendikbud Dikti mengatakan: "Kedepannya kita akan menciptakan pendidikan berbasis kompetensi
dan karakter, karena sesungguhnya itu luar biasanya penting dan itu semua
berawal dari guru baik dari segi kapabilitas maupun kesejahteaan guru gurunya. Pernyataan terbut menguatkan kembali apa yang telah diterapkan selama ini. Namun apakan penerapnnya itu sama dengan sebelumnya atau akan dibuat dalam bentuk atau format baru sesuai dengang semangat dan visi misi presiden melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa dan Perguruan Tinggai. Wa Allah-u A'alam bi- Shawab.
SUMBER BACAAN
[1]Panduan Penyelenggaraan Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guru PAI, Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2017, h.3.
[2]Pendidikan di Abad 21, diakses dari sejarahpendidikan
1.blogspot.com, pada tanggal 11 Februari 2017 Pukul 13.35 Wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar